Persamaan dan Perbedaan Orang Minang dan Bangsa Yahudi
Persamaan dan Perbedaan Orang Minang dan Bangsa Yahudi
Tulisan Adam Raystar
Sumber Asal: Baca di Sini
Orang Yahudi
Bangsa Yahudi dikenal oleh masyarakat dunia sebagai
bangsa yang mempunyai otak cemerlang. Di kalangan mereka banyak muncul
para nabi dan rasul Tuhan, kata “yahudi” menurut bahasa berarti orang
yang berasal dari turunan Yahuda. Yahuda adalah salah seorang dari 12
putra Nabi Ya’qub, nabi yang hidup sekitar abad ke 18 sM, yang bergelar
Israil. Kemudian segenap turunan dari 12 putra Nabi Ya’qub (Israil) itu
dikenal dengan sebuatan bangsa Israil.
Semula bangsa Yahudi merupakan kelompok
keluarga, yang bermukim di tanah Kan’an. Ketika terjadi kelaparan di
Kan’an mereka pergi ke Mesir, yang dikenal makmur di masa itu ( Nabi
Yusuf, putra ke 11 dari Ya’qub mempunyai andil besar dalam bidang
pertanian di Mesir. Ia kemudian menduduki kedudukan tinggi karena
kecerdasan dan budi luhurnya di kerajaan Mesir). Tapi beberapa abad
kemudian setelah mereka berkembang sampai berpuluh-puluh ribu orang,
mereka mengalami nasib naas. Mereka diperbudak oleh penguasa
Mesir(Fir’un). Dan perbudakan tersebut berakhir ketika Nabi Musa membawa
mereka keluar dari sana.
Bangsa ini mengalami pasang dan surut
dalam perjalanan zaman. Daud, yang juga rasul Tuhan berhasil membawa
bangsa ini pada masa kejayaan, yang kemudian menjadi kenangan dan impian
bangsa Yahudi ( setelah mereka silih berganti oleh berbagai kerajaan).
Pada masa Sulaiman (putra Daud) membangun sebuah haikal (rumah suci) yang megah. Kemungkinan besar rumah suci tersebut dikenal sebagai Baitul Maqdis, yang sampai sekarang disakralkan oleh kaum Nasrani dan Islam.
Perjalanan panjang, naik turunnya peranan
bangsa ini dalam kehidupan manusia. Barangkali itulah yang membuat
mereka menjadi gigih dalam mempertahankan hidup. Lagi pula latar
belakang bangsa Yahudi yang pernah menoreh kejayaan, dan salah satunya,
dari bangsa ini lahir manusia-manusia terpilih ( nabi dan rasul Tuhan).
Dalam pandangan umat Islam, umat Yahudi memang umat yang diseru oleh
Nabi Musa, dan banyak nabi sesudahnya. Mereka dianggap umat yang keras
kepala, yang sering menyimpang dari ajaran agama, yang benar dan lurus. Mereka
disebut oleh al-Quran sebagai umat yang banyak membunuh nabi.
Ulama-ulama mereka bukan menyambut seruan Allah untuk kembali ke jalan
benar, yang disampaikan oleh utusan Tuhan, Isa al-Masih, tapi malah
menghinanya dengan menuduhnya sebagai anak zina. Bahkan berupaya
membunuh atau menyalipnya.
Kelompok Yahudi yang dijumpai Nabi
Muhammad di Madinah pun tidak memilih hidup berdampingan secara damai
dengan umat Islam, tapi cenderung berkhianat pada umat Islam, dan
sebagai akibatnya, mereka terusir dari Madinah. Tampaknya bangsa Yahudi
selalu ditakdirkan untuk hidup dalam kegelisahan, mereka terpaksa
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Kecerdasan dan
kelicikan mereka, membuat Hitler membenci bangsa ini. Ketika Hitler
berkuasa di Jerman, sang diktator itu sangat membenci kaum Yahudi.
Menurut catatan sejarah, lebih 6 juta orang Yahudi dibantai oleh Nazi
atas perintah Hitler ( Perang Dunia ke II – 1936 – 1945). Dan setelah
berabad-abad tidak memiliki negara, maka tahu 1948 dengan bantuan
negera-negara barat mereka mendirikan negara Israel Yang sekarang
dikenal sebagai negara zionis, yang selalu menindas bangsa Palestina
(yang sebenarnya merupakan rumpun bangsa mereka).
Saat sekarang kita menyaksikan dalam
percaturan dunia, baik politik, sosial ekonomi, maupun budaya dan
teknologi, bangsa Yahudi benar-benar telah menjajah bangsa mana pun di
dunia ini. Penjajahan dan penindasan terhadap bangsa lain seolah-olah
tidak kelihatan. Tapi mereka mampu menguasai perekonomian dan politik
dunia karena bangsa “perantau” ini mempunyai kedudukan strategis, dan
pengaruh besar di setiap negara, termasuk negara yang mengakui dirinya
Adikuasa. Sifat mereka yang selalu “membangkang dan bangga kecerdasan
otak”, mereka bangun terus. Cobalah berbicara dengan orang Yahudi, maka
mereka akan terlihat manggut-manggut sambil memperhatikan ekspresi anda
dalam bicara itu. Sedikit pun ia tidak akan menjawab, kata-kata anda. Ia
hanya mendengar dan mendengar. Dalam pengamatannya, ia akhirnya dapat
menyimpulkan arah pembicaraan anda. Kesimpulan pertamanya, adalah bahwa
omongan anda hanyalah sekadar untuk tujuan “ minta sedekah” alias minta
duit. Lalu kesimpulan kedua, adalah ucapan anda tersebut, tidak punya
arti apa-apa, hanyalah sekadar omong kosong belaka. Justru karena
itulah pejuang Palestina tak kunjung menang bila berunding dengan
mereka.
Orang Minang
Suku
bangsa Minangkabau, menurut Tambo mempunyai nenek moyang keturunan dari
Iskandar Zulkarnain, yang dinukilan dalam al-Quran pada surat al- Kaffi.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud Iskandar
Zulkarnaini adalah Alexander the Great yang hidup sekitar abad ke 4 sM*.
Orang Minang sangat bangga dengan garis keturunan tersebut. Apalagi
nenek moyang mereka yang bernama Maharaja Diraja bersaudara dengan
Maharaja Alif dari negeri Rum, dan Maharaja Dipang dari Cina. Namun ada
pendapat lain yang mengatakan bahwa Iskandar Zulkarnain tersebut bukan
Alexandre the Great. Yang dimaksud dalam al-Quran adalah seorang raja
yang hidup sezaman dengan Nabi Musa, yang hidup pada abad ke 13 sM.
Zulkarnaen itu artinya seorang raja mempunyai “dua terompet”, yang mampu
mengalahkan Yakjul dan Makjut. Dan juga mampu membuat benteng tinggi
sehingga kedua makhluk tersebut, tidak bisa masuk.
Suku bangsa Minangkabau, adalah
masyarakat perantau, seperti juga bangsa Yahudi. Kalau bangsa Yahudi
merantau karena negeri mereka diporak-porandakan bangsa penjajah. Akan
tetapi orang Minang merantau adalah untuk mencari ilmu pengetahuan
sekaligus mencari penghidupan. Dalam sebuah mamangan mereka, berpetuah
: Karatau madang diulu, babuah babungo balun. Marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun (
Karatau madang di hulu, berbuah berbunga belum. Merantau bujang dahulu,
di rumah berguna belum). Di samping itu orang Minangkabau memiliki
filsafat yang mereka sebut Alam takambang jadi guru, dengan filsafat ini
mereka dapat menyesuaikan diri di mana mereka berada. Mereka juga
cerdas dan cerdik seperti bangsa Yahudi tapi berpantang berperangai
licik seperti orang Yahudi.
Serupa tapi tak sama dengan nasib bangsa
Yahudi, negeri Minangkabau pun silih berganti diduduki oleh bangsa
maupun kerajaan lain. Namun bukan seperti orang Yahudi, suku bangsa
Minang tidak pernah terusir oleh bangsa atau kerajaan asing yang
menjajahnya. Malah mereka yang datanglah yang harus menyesuaikan diri
dengan masyarakat Minangkabau.
Adat dan filsafat Minangkabau terus
mereka pakai. Dengan adat dan filsafat tersebut orang Minang mampu
menampilkan jati diri mereka. Mereka dikenal menganut paham egaliter
atau kesetaraan, mereka tidak merasa canggung berhadapan dengan bangsa
maupun suku bangsa mana pun. Orang Minang dikenal pintar berbicara,
kepintaran mereka berbicara tersebut mereka asah di lapau-lapau. Dalam
berbicara mereka menggunakan kias dan tata tertib bicara. Kelebihan
orang Minang yang menonjol adalah mampu “membaca pikiran” lawan
bicaranya. Sikap kesetaraan yang dianutnya, membuat ia sangat Pe-De
(percaya diri) dalam posisi yang bagaimanapun sulitnya.
Pada pasca perang saudara (PRRI),
kendatipun mereka berada dipihak yang”kalah” , orang Minang masih bisa
memasuki pikiran orang yang mengalahkannya. Tatkala Sukarno berkuasa,
mereka berhasil memberi gelar pada Hartini, salah seorang istri Sukarno.
Gelar tersebut adalah gelar kebesaran perempuan bangsawan Minangkabau,
yaitu Bundo Kandung. Di mana Bundo Kandung, diyakini
sebagai ratu di negeri tersebut. Dan di saat sekarang, beberapa orang
pejabat negara mereka beri gelar kebesaran adat Minangkabau. Orang
Minang tahu benar, jika seseorang telah mempunyai kecukupan materil maka
mereka akan mencari dan ingin mendapat kebesaran nama, yaitu Simbol status.
Soal pantas atau tidak, dan pro atau
kontra adalah soal lain. Tapi mereka telah mampu menyalurkan keinginan
orang lain. Di mana keinginan orang lain tersebut tidaklah merusak dan
merugikan mereka. Orang Yahudi boleh saja bangga karena telah berhasil
menguasai “pikiran” negara barat. Dan menindas bangsa Palestina tapi
mereka dikutuk dunia. Sementara itu kebanggaan orang Minangkabau tidak
pernah merusak orang lain. Orang Minang bukan suku bangsa penjajah dan
zionis tapi secara semu anda pasti menemukan “penjajahan tanpa senjata”
Di mana-mana anda pasti menemukan rumah makan Padang (baca rumah makan
Minang) , dan selera anda akan cocok dengan masakan hidangan mereka.
Kelakar mereka adalah, “ andaikata sudah dibuka permukiman di bulan,
maka orang Minag pasti membuka rumah makan di sana.” Mereka yang pernah
bertugas dan bermukim di Minangkabau, pasti merasakan bahwa jiwa mereka
sebenarnya telah “tinggal” di negeri ini. Walaupun mereka telah kembali
ke kampung halamannya.
Orang Minang dalam petuahnya menyatakan : Kok
gapuak indak mambuang lamak. Kok cadiak indak mambuang kawan. Kalau
mandepek, urang indak kahilangan. Lamak di awak katuju di urang! (
Jika gemuk tidak membuang lemak. Kalau cerdik tidak membuang kawan.
Kalau mendapat, orang tidak kehilangan. Senang bagi kita, urang lain
setuju) Itulah pikiran orang Minang yang mendunia.
Padang, medio Oktober 2006
Catatan Kaki :
*) Tentang Orang Minang
adalah keturunan Iskandar Zulkarnain, hanya anggapan sebagian pengamat.
Pendapat ini merupakan pendapat yang kontroversial. Menurut sebagian
pengamat dan pemerhati Tambo yang dimaksud dengan Zulkarnain dalam surat
al-Kaffi bukanlah Iskandar the Great tapi adalah Zulkarnaen seorang
Maharaja dari Persia. Dan menurut seorang ulama, yang dimaksud dengan
Zulkarnaen adalah Rasulullah Saw sendiri. Barangkali
kontroversi-kontroversi akan kita bahas lebih mendalam pada tulisan lain
(penulis ; Amran SN)
0 Comments:
Please give a good comment, that good suggestion, no spam, phising, no gamling, no porn, no add link.