Bila Seorang Menikah dengan Wanita Padang Cewek Batak

Dalam sebuah acara kumpul-kumpul Sabtu malam, seorang kawan melemparkan pertanyaan, “Kalau seorang cowok Batak menikah dengan cewek Minang, kira-kira anaknya nanti ikut garis bapak atau garis ibu ya…?”

Tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti. Bingung juga, karena menurut adat Batak, anak itu ikut garis bapak; sementara di Minang, garis ibu yang lebih dominan. Kalau buat saya sih, solusinya dirembuk bareng antara suami-istri sajalah…nanti anaknya mau diikutkan garis siapa.

Seorang ibu yang duduk di sebelah saya kemudian mulai curhat. Diawali dengan pertanyaan *tepatnya pernyataan* begini, “Kalau cowok Jawa menikah dengan cewek Batak, cowoknya harus pakai marga ya, mbak?” Hmm, saya juga kurang tahu ya? Yang jelas, salah seorang teman dengan case serupa, suaminya mendapat gelar marga sesuai dengan pariban istrinya.

Usut punya usut, ternyata sang ibu sedang merasa kuatir. Anak lelakinya yang masih di bangku kuliah berpacaran dengan gadis Batak. Si ibu ini orang Jogja asli, suaminya juga, dan sang putra yang sedang dimabuk cinta itu adalah anak lelaki mereka satu-satunya. Sebagai orang tua, si ibu dan suaminya mengharapkan anaknya kelak bisa berjodoh dengan perempuan dari kalangan sendiri. Suami si ibu kabarnya sudah mengeluarkan pernyataan amat tidak setuju anaknya berhubungan dengan gadis Batak.

Saya tanggapi bahwa sebaiknya ibu & suaminya tidak perlu terlalu kuatir. Toh jodoh itu tidak bisa diatur-atur atau dipaksa-paksa. Kalau sudah jodohnya tidak akan lari kemana juga kok. Sang ibu ngotot dan mengatakan bahwa menikah dengan lain suku itu lebih banyak repotnya. Dengan nada sedih si ibu mengeluhkan, mengapa anak lelaki kesayangannya itu tidak pacaran dengan gadis Jawa saja, walaupun di satu sisi dia mengakui bahwa pacar anaknya yang sekarang itu cantik, baik, pintar menyanyi pula.

Amat disayangkan, dalam ranah perjodohan, banyak orangtua masih terpengaruh stereotype. Sering ada keengganan untuk menerima anggota keluarga baru *baca: menantu* yang berasal dari suku yang berbeda. Padahal pembauran melalui pernikahan itu membuat kita semakin diperkaya lho… setidaknya dalam hal adat istiadat & budaya. Juga mengajarkan kita untuk lebih bertoleransi terhadap perbedaan.

Bukankah dari kecil kita juga diajarkan untuk bisa menghargai dan menerima perbedaan?

0 Comments:

Please give a good comment, that good suggestion, no spam, phising, no gamling, no porn, no add link.