Sakit Hati Karena Penghinaan Orang Ini Sukses Membuat Sumur di Lahan Tandus
Mungkin karya pria ini tak sekolosal
Taj Mahal. Monumen yang dibangun atas perintah Kaisar Mughal Shah Jahan
untuk istri tercinta, Mumtaz Mahal. Tapi, apa yang dia lakukan ini
sungguh luar biasa.
Penduduk desa terang-terangan mengejeknya. Tapi Tajne terus menggali
dan menggali. Saat pagi sebelum berangkat kerja, dia habiskan 4 jam
untuk menggali. Selain itu, 2 jam setelah pulang kerja.
Dengan proyek menggali sumur ini, dia bekerja 14 jam dalam sehari. Itu dia lakukan selama 40 hari, tanpa terputus. “ Sulit untuk menjelaskan apa yang aku rasakan saat itu.”
“ Aku hanya ingin memberikan air kepada semua penduduk, sehingga kami para Dalit tidak mengemis air dari kasta lain,” tambah dia.
Alat yang dia pakai sangat sederhana. Sudah begitu tak ada pengetahuan tentang hidrologi. Yang ada hanya semangat dan otot saja. Ditambah instring. Gali dan gali, tanpa henti.
Dan upaya itu akhirnya tak sia-sia. Sumur yang dia gali itu menyemburkan air. “ Aku berdoa kepada Tuhan sebelum mulai menggali. Aku sangat bersyukur upayaku dikabulkan,” tutur Tajne.
Bapurao Tajne. Demikian pria asal
Kalambeshwar, Distrik Washim, Nagpur, India, yang melakukan pekerjaan “
besar” itu. Dia baru saja membuat sumur, setelah sang istri, Sangita,
mendapat hinaan saat meminta air kepada keluarga kaya raya di kampungnya.
Tajne merupakan seorang Dalit –kasta
terendah. Pekerjaannya hanya buruh rendahan yang miskin. Seperti
keluarga papa lain yang tak kuat membuat sumur, Tajne dan istrinya
selalu minta air kepada orang kaya. Kasta di atasnya.
Dan hari itu, pada Maret silam, sang
istri minta izin ke pemilik sumur, dari keluarga kaya raya. Namun,
ditolak. Bahkan istri Tajne mendapat hinaan.
“ Aku tak mau menyebut pemilik sumur
itu. Bagaimanapun aku merasa dia melecehkan kami karena kami miskin dan
Dalit,” tutur Tajne, dikutip Dream dari laman Times of India, Jumat 13 Mei 2016.
Hancur. Itulah perasaan Tajne. Dia
benar-benar merasa terhina. Hati kecilnya meraung, tak terima
diperlakukan seperti itu. “ Aku pulang hari itu, di bulan Maret, dan
hampir menangis.”
“ Aku memutuskan tak akan pernah lagi
mengemis air kepada siapapun,” tambah dia. Tak mau lama-lama meratap,
Tajne segera pergi ke kota terdekat, Malegaon, untuk membeli peralatan
untuk menggali sumur.
Sebelumnya, Tajne tak pernah mengali
sumur. Sebuah pekerjaan berat, yang biasanya dilakukan oleh 4 hingga 5
orang. Namun, tekadnya sudah mengeras. Bisa jadi lebih keras dari cadas
dan bebatuan yang akan dia gali.
Tangan Tajne mulai menggali. Sedikit
demi sedikit. Semua dia kerjakan sendirian. Tak ada satupun orang
membantu. Bahkan, semua orang menganggapnya sudah gila.
Ya, semua orang menilai Tajne melakukan
pekerjaan sia-sia. Tak pernah ada orang yang berhasil menemukan air di
wilayah itu, karena lahannya berbatu.
Sudah ada tiga sumur galian dan satu
sumur bor. Hasilnya nihil. Lubang itu hanya mengaga, tanpa ada air di
dalamnya. Sehingga wajar saja warga sekitar menganggap Tajne sudah gila.
Penduduk Desa Mengejeknya
Dengan proyek menggali sumur ini, dia bekerja 14 jam dalam sehari. Itu dia lakukan selama 40 hari, tanpa terputus. “ Sulit untuk menjelaskan apa yang aku rasakan saat itu.”
“ Aku hanya ingin memberikan air kepada semua penduduk, sehingga kami para Dalit tidak mengemis air dari kasta lain,” tambah dia.
Alat yang dia pakai sangat sederhana. Sudah begitu tak ada pengetahuan tentang hidrologi. Yang ada hanya semangat dan otot saja. Ditambah instring. Gali dan gali, tanpa henti.
Dan upaya itu akhirnya tak sia-sia. Sumur yang dia gali itu menyemburkan air. “ Aku berdoa kepada Tuhan sebelum mulai menggali. Aku sangat bersyukur upayaku dikabulkan,” tutur Tajne.
0 Comments:
Please give a good comment, that good suggestion, no spam, phising, no gamling, no porn, no add link.