Iis Erista Artis Minang Berdarah Sunda

Iis Erista, Artis Minang Berdarah Sunda, Anak Seorang Pewayang

Terlahir dari keluarga asli Sunda, namun takdir malah membuat Iis Erista lebih dikenal sebagai salah seorang artis Minang berbakat. Bagaimana ceritanya?

Ratusan keping CD dipajang di salah satu tempat penjualan kaset sekitar kawasan Pasar Raya Padang, kemarin (9/1). Berbagai aliran musik. Lagu-lagu Minang terlihat menempati ruang lebih banyak ketimbang musik lainnya.

Nah, di antara jejeran itulah, dua album Iis Erista dipajang dan siap menanti penggemar. “Batin Taseso” dan “Cinto Partamo”, begitu judul yang tertulis dalam album pertama dan kedua Iis.

Sejak di-launching 2012 lalu, belasan ribu kopi albumnya merambah belantika musik Ranah Minang. Iis mungkin satu-satunya penyanyi Minang berdarah Sunda.

Biar begitu, putri Elis dan H Omay Erista ini, sangat fasih berbahasa Minang. Walaupun keseharian orangtuanya berbahasa Sunda, namun, Iis mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

”Sejak umur tiga tahun, sudah suka nyanyi,” kata Iis saat ditemui di tempat penjualan kaset milik produsernya, Mancun di Pasar Raya Padang, kemarin (9/1).

Seakan tak mau menyia-nyiakan bakat alaminya itu, Iis Bakat terus mengasahnya secara otodidak. Bahkan, dara kelahiran Bengkulu pada 8 Oktober 1996 ini, mulai naik-turun panggung ketika dirinya duduk di sekolah dasar (SD). Selain mengasah kemampuan, lomba juga menjadi terapi mental bagi Iis.

Sejak saat itulah, Iis terus memendam harapan menjadi seorang penyanyi. Namun, perjalanan berliku harus dilalui Iis. Sampai akhirnya, nasib baik mempertemukan dirinya dengan Mancun, seorang produser yang telah beberapa kali mengorbitkan penyanyi tahun 2012 lalu.

Kebetulan tempat kerja Iis berjarak hanya beberapa meter dari tempat penjualan kaset milik Mancun.

Produser muda ini pun tertarik mengorbitkan Iis. Terlebih lagi, Iis dinilainya banyak kelebihan. Selaku produser, Mancun juga menyadari betul bahwa pasar tidak sekadar menilai suara seseorang. Melainkan juga kecantikan, dan face menarik. Kebetulan keduanya dimiliki Iis.

Talenta Iis kian terlihat ketika album pertamanya berjudul “Batin Taseso” rampung hanya dalam dua bulan. Tergolong cepat untuk seorang artis pendatang baru.

Iis mengaku sempat gugup. Namun, dirinya tetap berupaya menyesuaikan diri. “Ini lagu yang paling Iis suka, “Batin Taseso”. Lagu ini seirama dengan suasana hati,” kenang anak pewayang itu.

Kehilangan Semua Saudara

Keluarga Iis punya kenangan panjang sebelum memutuskan menetap di Padang. Seluruh saudara kandungnya meninggal dunia. Sebetulnya Iis memiliki empat kakak. Namun, Tuhan tidak memberikan kesempatan kepada mereka hidup bersama lebih lama.

Sejak itulah, kedua orangtua memilih meninggalkan kota asal, Tasikmalaya. Lalu, orangtuanya menuju Bengkulu menemui kerabat dari pihak ayahnya. Di tanah Raflesia itulah Iis Erista “kecil” dilahirkan.

Baru berumur beberapa bulan, kedua orangtuanya memboyongnya ke Padang. Keluarga kecil ini pun menetap di Jalan Ambunsuri, Berok Gunungpangilun.

Iis memulai pendidikan formal di SDN 20 Lapai. Lalu, lanjut di SMP Tamsis dan menamatkan sekolah menengah di SMKN 3 Padang. Walau di rumah keluarganya berbahasa Sunda dan Melayu, Iis tetap beradaptasi dengan bahasa Minang.

Iis Erista kecil tumbuh menjadi gadih Minang bertalenta. Darah seni orangtua mengalir deras dalam diri dan menghanyutkannya ke muara prestasi.

Kini album ketiganya siap untuk dirilis Februari mendatang. ”Mudah-mudahan bisa berkarya lagi dan membanggakan orangtua,” harapnya. (*)

0 Comments:

Please give a good comment, that good suggestion, no spam, phising, no gamling, no porn, no add link.